"Makanya penyebabnya berkurangnya produksi udang salah satunya karena saluran semakin dangkal sehingga amoniak tinggi, kemudian bakteri-bakteri yang tidak menguntungkan terus berkembang," jelasnya.
"Sehingga solusi terbaik menurut kami gimana saluran ini diperlihatkan, dirawat atau dibersihkan," ucapnya.
Disinggung berapa penurunan produksi akibat pendangkalan, Suratman menjelaskan, sebelum pendangkalan produksi udang Dipasena per hari berkisar 60 ton hingga 90 ton bahkan sampai 100 ton.
Pasca pendangkalan ini, produksi petambak hanya dibawah 15 ton per hari yang tentu sangat berkurang jauh dari potensi yang ada.
BACA JUGA:Deretan Alumni Unila yang Sukses Jadi Kepala Daerah dan Pejabat Publik
"Bisa dihitung pengurangan hingga 35 ton kalau sebelumnya 60 ton. Harga dasar 1 kg udang sekitar Rp 60 ribu. Kalikan saja berapa potensi yang hilang," ungkapnya.
Udang-udang ini pun tujuannya, menurut Suratman untuk ekspor. Sehingga, dampaknya berpengaruh terhadap ekspor udang.
"Ini sangat memperihatinkan. Makanya kami berupaya agar solusi ini segera direalisasikan,' tuturnya.(*)