Menurutnya, kurang pas bila ada perilaku seorang pejabat daerah melakukan hal seperti itu kepada teman-teman wartawan yang sedang menjalankan tugasnya.
"Sah-sah saja wartawan menutupi narasumber, karena narasumber itu tidak harus dimunculkan. Tetapi narasumber dapat dimunculkan ketika dipersidangan sebagai kebutuhan hakim sebagai bukti. Yang tidak boleh itu wartawan membuat opini baik itu ketika berwawancara ataupun menulis," terangnya.
"Saya berharap, baik itu ASN maupun wartawan ketika sedang dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing dapat saling menghargai satu sama lain," tutup Mustaqim.
Sebelumnya diberitakan, seorang Pejabat Tulang Bawang membentak dua orang wartawan saat meliput aksi demo guru honorer di Kantor DPRD setempat.
BACA JUGA:Demo di DPRD, Guru Honorer Tulang Bawang Ini Perjuangkan Nasibnya Sambil Gendong Anak
Dua wartawan yang dibentak saat menjalankan tugas jurnalisme tersebut yakni Gilang dari Media Saburai TV dan Rachmad Al Amin dari Radar Tuba.
Peristiwa tersebut bermula saat dua wartawan melakukan konfirmasi terkait isu pemecatan guru honorer yang ikut dalam aksi demontrasi.
Ketika itu dua wartawan tersebut baru saja selesai mewawancarai Kepala Dinas Pendidikan Tulang Bawang Ristu Irham soal isu pemecatan guru honorer yang ikut dalam aksi demontrasi.
Tiba-tiba datang Asisten I Pemkab Tulang Bawang Akhmad Suharyo.
BACA JUGA:BREAKING NEWS, Honorer Tulang Bawang Demo Saat Paripurna HUT RI Ke 78 Berlangsung
Dua wartawan tersebut kemudian mendapat bentakan pejabat Tulang Bawang tersebut.
"Saya ini juga wartawan, saya juga paham tentang kode etik. Kalian bertanya itu harus disebutkan narasumber itu dari mana jangan asal buat opini," bentak Ahmad Suharyo.
Pembentakan yang dilakukan oleh Asisten I tersebut sontak membuat keduanya terkejut.
Mengingat saat itu narasumber yang bersangkutan yakni Kepala Dinas Pendidikan yang sudah diwawancarai sudah selesai memberikan keterangannya.
BACA JUGA:Ketua PWI Sambangi DPRD Tulang Bawang, Sampaikan Keluhan Rekan-Rekan Wartawan
"Kami syok dengan ucapan yang terlontar dari seorang pejabat daerah, yang tiba-tiba mengaku dirinya sebagai wartawan dan berucap dengan nada tinggi kepada kami. Padahal kami tidak sedang mewawancarai beliau," terang keduanya.